Sebuah Persembahan untuk Seorang Laki-Laki di sana
Jujur ini sulit, ini sulit sangat sulit.
Tapi bagaimapun ini nyata. Malam itu sehabis sholat magrib, cuaca mendung dan dingin. Saat itu aku bersama wanita yang selalu ku panggil ibu, sedang istirahat menonton televisi sambil bercerita tentang seorang laki-laki yang selalu aku banggakan. Bukan bapak, tapi teman yang sangat aku sayangi lebih dari teman. Sambil menunggunya mengirim sebuah pesan berisi kabar bahagia. Setelah beberapa lama menunggu akhirnya ada satu pesan dari kontak tang ku beri nama “5” dan itu pertanda sebuah pesan singkat dari laki-laki yang ku banggakan itu. Nama yang singkat dan mungkin seperti tidak berniat, tapi ini adalah angka keberuntungannya mungkin. Dia selalu memakai jersey dengan nomer itu setiap dia bertanding permainan bola besar yang dimainan oleh enam orang itu. Setelah satu hingga tiga pesan kita saling kirim dengan seperti biasa kita berkirim pesan, aku bertanya sesuatu ini seperti ada yang salah. Dan, itu sangat tepat, dia hanya berkata bingung dan di pesan itu tertlulis kata maaf juga sebuah kata yang berarti aku sudah tidak bisa menjadikannya laki-laki yang aku banggakan dan aku sayangi lebih dari seorang teman ataupun sahabat.
Malam itu, tidak ada derai air mata seperti dulu. Malam itu akupun hanya mengikuti semua yang dia tuturkan lewat pesan singkat itu. Ini semua seperti berjalan apa adanya. Pertanyaan ataupun permintaanku pun tidak ada yang dia jawab atau penuhi. Yaa, mungkin karena tidak ada gunanya, untuk apa di jelaskan karena sudah jelas bahwa memang sudah selesai dan diselesaikan. Atau mungkin dia belum bisa menjelaskan. Tapi aku tidak akan meminta dia lagi untuk menjelaskan. Ku rasa cukup, ku rasa ini cukup. Mungkin saja jika terlalu banyak yang dijelaskan, hal ini malah akan sangat menyakitkan untukku. Dan amalm itu aku buru-buru masuk kamar, memeluk bantal yang selalu menemaniku itu, yaa seperti dia dulu. Malam itu sangat dingin, dan sendiri.
Setelah beberapa menit per menit diam, bingung. Kesedihan itu pun ku bagi dengan sahabat-sahabatku, bukan untuk meminta belas kasihan, tapi rasanya memendam sendiri itu lumayan membuat dada ini sesak. Ku bagi kejadianku pada dua sahabatku, tanggapan mereka pastinya kaget dan berlanjut pada saran-saran dan penenangan untukku. Malam itu pun aku tersenyum karena mereka. Yaa, aku masih memiliki orang-orang yang ku sebut sahabat itu.
Malam makin larut, dan udara dingin semakin terasa, ku tarik selimutku dan mencoba memejamkan mata ku yang sedang tidak mau terpejam ini. Sebelumnya ku kirimkan sebuah pesan singkat, yang ku harapkan akan dia jawab esok hari. Dan, Aku yakinkan bahwa aku tidak akan pernah membenci orang yang pernah memeberiku banyak hal ini, aku tidak akan menyebutnya orang jahat kepada orang yang telah pernah mengajariku kebaikan ini, aku juga tidak akan menghapus jejak orang yang pernah membawaku ketempat-tempat yang indah ini, aku pun tidak akan pernah menyebut bukan teman orang yang telah memberiku banyak teman. Terimakasih untuk semua pengorbananmu, untuk semua senyumanmu, untuk semua hal yang telah kau berikan.
Sebelum mata ini benar-benar terpejam aku teringat satu kata “jangan pernah kamu memendam cintamu terlalu dalam, karena cinta menyakitkan.” Kata itu memang benar, tapi bukankah rasa sakit itu bisa disembuhkan dengan cinta ? Dan aku mencintaimu, meski pernah ku rasa sakit.
0 Response to "Sebuah Persembahan untuk Seorang Laki-Laki di sana"
Posting Komentar